Makna Dzalim Serta Dalil Dan Cara Memberantasnya
MEMBERANGUS KEDZOLIMAN
Beragam kedzoliman telah menyebar bagai tornado melanda seluruh kehidupan insani. Tidak tanggung-tanggung, milyaran dana mengucur demi menyemai paham-paham kedzoliman supaya senatiasa mengakar di bumi. Saat ini, peraturan dibentuk bukan untuk menegakkan keadilan, namun demi mengukuhkan kekuasaan dengan otoriter. Begitu juga undang-undang digodog bukan untuk supremasi, melainkan untuk melindungi para berandal serta tikus dan coro berdasi.Gemebyar panggung–panggung kedzoliman untuk menyemarakkan kesyirikan, kebid’ahan dan kemaksiatan menjalar tiada henti. Hingar–bingar slogan kedzolimanpun diteriakkan di media massa setiap hari. Corong-corongnya menggema menandingi bunyi adzan yang membumbung tinggi di negeri ini. Dan sekarang pahlawan-pahlawannya dijuluki para pembaharu di penjuru pelosok negeri.
Tercabik-cabik sudah kemurnian umat ini dengan pedang-pedang kedzoliman. Hanya satu jalan untuk menghilangkan kedzoliman dan menegakkan keadilan, yaitu dengan kembali pada kemurnian Islam. Maka segala kedzoliman akan tersirnakan.
Makna Dzolim
Ibnu Faris dalam kitabnya, Mu’jam Maqooyiisu Lughoh menjelaskan makna )kedzoliman / (الظلم ialah sebagai berikut:
)اَلظُّلْمُ : وَضْعُ الشَّيْءِ غَيْرَ مَوْضِعِهِ تَعَدِّياً (
“Kedzoliman ialah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya secara dalam keadaan melampaui batas.”
Adapun Imam al-Faroohidi , spesialis bahasa mengartikan (الظلم) sebagai berikut:
1. Mengambil atau merampas hak orang lain.
2. Kesyirikan. Dalam hal ini dia berdalil dengan firman Alloh :
﴿… ﴾
“ …Sesungguhnya mempersekutukan (Alloh) ialah benar-benar kedzoliman yang besar.” (QS. Luqman [31]: 13)
Adapun Ibnu Hajar al-‘Asqolani menyampaikan bahwa dzolim ialah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya yang syar’i.
Semua dari definisi tersebut di atas benar dan saling menguatkan satu sama lain. Oleh alasannya ialah itu, barang siapa mengkritik pelaku bid’ah atas kebid’ahannya, atau kitab-kitab yang terdapat di dalamnya kebid’ahan dan kesyirikan atau mencela yang patut dicela, serta menghina sesuatu yang nista dari suatu pembawa hadits, saksi dusta, orang fasiq yang terang-terangan berbuat dosa, maka orang tersebut bukan orang yang dzolim dan berbuat kedzoliman, alasannya ialah ia menempatkan sesuatu pada timbangan dan tempatnya.
Jadi sanggup disimpulkan bahwa kedzoliman ialah suatu ungkapan untuk pelanggaran terhadap batasan-batasan Alloh atau melampaui segala batasan syar’i. Oleh alasannya ialah itu, segala bentuk kemaksiatan dan keburukan dianggap sebagai kedzoliman. Sama saja hal tersebut kecil atau besar, sedikit atau banyak. Semua hal tersebut ialah bentuk-bentuk kedzoliman. Walaupun sebagian lebih besar dan parah dari yang lain. Dan lawan dari kedzoliman ialah keadilan, alasannya ialah keadilan ialah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Oleh alasannya ialah itu Ibnu Taimiyyah berkata:
)اَلْحَسَنَاتُ كُلُّهَا عَدْلٌ وَ السَّيِّئاَتُ كُلُّهَا ظُلْمٌ (
“Segala kebaikan ialah keadilan dan segala bentuk keburukan ialah kedzoliman.”
Dalil Diharamkannya Kedzoliman
Sesungguhnya Alloh yang Maha Mulia telah mengharamkan kedzoliman atas Dirinya sendiri. Dalam sebuah hadits Qudsi (hadits yang maknanya dari Alloh namun lafadznya dari Rosululloh ):
))يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلا تَظَالَمُوا ((
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kedzoliman atas diri-Ku dan Aku menjadikannya haram di antara kalian maka janganlah kalian saling mendzolimi…” (HR. Muslim)
Sesungguhnya Alloh berbuat sesuai dengan kehendakNya. Dia mengharamkan atas diriNya sesuai yang Alloh kehendaki. Begitu juga memperlihatkan hak sesuai yang dikehendakiNya. Sebagai misalnya menyerupai hak hamba atas Alloh untuk tidak mengadzab seorang hamba yang mati dengan tidak menyekutukan Alloh dengan apapun.
Pengharaman dan penghalalan ialah hak preogatif Alloh , tak ada seorangpun yang boleh ikut campur di dalamnya. Adapun maksud dari Alloh mengharamkan kedzoliman atas diri-Nya ialah Alloh melarang diri-Nya sendiri untuk mendzolimi hambanya walaupun kecil dan sedikit. Pengharaman kedzoliman atas Alloh tersebut sesuai dengan sifat-sifat Alloh yang Maha Mulia. Begitu juga hikmah-hikmah-Nya yang tepat dan kehendak-Nya yang tak ada kesalahan di dalamnya
Di dalam al-Qur’an, berbagai ayat–ayat yang menandakan bahwa Alloh tidak mendzolimi hamba-Nya sedikitpun. Dan Dia tidak menginginkan kedzoliman, begitu juga tidak menentukan kedzoliman bagi hamba-Nya.
Alloh berfirman:
“ … dan sekali-kali tidaklah Robb-Mu menganiaya hamba–hamba-Nya.” (QS. Fushshilat [41]: 46)
“ … dan Alloh tidak menghendaki berbuat kedzoliman terhadap hamba-hamba-Nya.” (QS. al-Mu’min [40]: 31)
“Sesungguhnya Alloh tidak berbuat dzolim kepada insan sedikitpun, akan tetapi insan itulah yang berbuat dzolim kepada diri mereka sendiri.” (QS.Yunus [10]: 44)
Dalam ayat–ayat di atas, Alloh menyifati diri-Nya sendiri bahwa Alloh tidak akan mendzolimi seorangpun. Dan kedzoliman bukan dari Alloh . Dan Alloh menafikan sifat dzolim dan kedzoliman atas diriNya.
Adapun maksud dari hadits tolong-menolong Alloh mengharamkan kedzoliman atas diri-Nya, yaitu Alloh mengharamkan diri-Nya sendiri untuk meletakkan seseuatu yang tidak pada tempatnya sesuai dengan keagungan-Nya. Dan ini bukan berarti Alloh tidak kuasa berbuat dzolim atas hamba-Nya. Hanya saja Alloh tidak menginginkan hal tersebut. Pada hakikatnya ini ialah dalil atas kemulian dan kebaikan Alloh pada hamba-Nya, bahkan ini merupakan suplemen nikmat Alloh atas hamba-Nya.
Selain mengharamkan kedzoliman atas diri-Nya, Dia juga mengharamkan kedzoliman atas hamba-Nya. Melarang para hamba-Nya untuk saling mendzolimi. Karena Alloh mengasihi keadilan dan memerintahkan keadilan sebagaimana dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya Alloh menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Alloh melarang dari perbuatan keji, kemunkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu supaya kau sanggup mengambil pelajaran.” (QS. an-Nahl [16]: 90)
Komentar
Posting Komentar