Sikap Ketidak Tergesaan Rasulullah

Sikap Ketidak Tergesaan Rosululloh
al-Anatu (kehati-hatian) yakni simbol kesabaran, ia merupakan sifat orisinil orang-orang yang cendekia dan cerdik. Berbeda dengan tergesa-gesa (al-‘ajalah) yang merupakan sifat dasar orang tolol dan gegabah. Sifat tergesa-gesa menawarkan bahwa pemiliknya tidak mempunyai iradah yang berpengaruh yang bisa mengekang nafsunya di hadapan dorongan-dorongan ketergesa-gesaan yang ada dalam jiwanya hal ini berbeda dengan perilaku lambat dan pelan, keduanya merupakan sifat dasar orang yang malas dan suka mengaggap remeh setiap perkara. Kedua perilaku ini menawarkan bawa pemiliknya tidak mempunyai kemampuan untuk mendorong dan memompa semangat dan cita-citanya dalam mengerjakan sesuatu perbuatan untuk mewujudkan sesuatu yang menjadi harapanya. Hal ini juga menawarkan bahwa orang tersebut tidak memilik keinginan tinggi yang mengangkatnya kepada kesempurnaan. Dia senantiasa ridho dengan sesuatu yang rendah, alasannya lebih mementingkan santai, dan malas dalam menjalankan kewajibannya.
Islam sangat mencela dan melarang sifat tergesa-gesa, juga mencela dan melarang berlambat-lambat dan bermalas-malasan. sebaliknya Islam sangat memuji al-anatu serta menyuruh ummatnya ulet menghiasi diri dengannya, dan bekerja dalam mendidik kaum Muslimin dengan kehati-hatian dan keteguhan yang bijaksana, dalam mengejawantahkan setiap perbuatan dan menjalankan setiap urusan.
Alloh berfirman:
“Janganlah kau gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Qur’an alasannya hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, apabila Kami telah simpulan membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, bahwasanya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.” (QS. al-Qiyamah [75]: 16-19)
Dalam ayat ini Alloh memerintahkan Nabi-Nya semoga tidak tergesa-gesa dan mendahului malaikat dalam membaca al-Qur’an, dan Alloh menjamin akan mengumpulkan dalam dadanya (menjadikannya hafal) dan akan memudahkan dalam menjalankannya sesuai dengan hukum yang telah siampaikan kepadanya dan akan menjelaskan dan menafsirkan kepadanya.
Sudah diketahui bahwa Rosululloh sebaik-baik teladan dan pola bagi umatnya. Beliau senantiasa mnenghiasi dirinya dan kesepakatan dengan al-Anatu. Yang menjadi bukti yakni hadits-hadits shohih yang menjelaskan perihal hal ini diantaranya ialah:
1. Dari Usamah bin Zaid , ia berkata:
Rosululloh pernah mengutus kami dalam sebuah ekspedisi ke kawasan Hirqoh dari Bani Juhainah. Kami datang di kawasan itu pada pagi hari kami eksklusif menyerang mereka. Di tengah pertempuran yang sedang berlangsung itu, saya dan seorang dari golongan Anshor berhadapan dengan seseorang dari mereka, dan saat kami telah simpulan mengalahkannya serta hendak membunuhnya, tiba-tiba ia mengucapkan “La Ilaha illaloh”, seketika itu seorang dari golongan Anshor itu eksklusif menarik lagi pedangnya, tetapi saya tidak, saya bacokan tombakku ke tubuhnya hingga terbunuhlah ia. Ketika kami hingga di hadapan Nabi Beliau dikhabari perihal hal itu, kemudian Beliau bersabda kepadaku: “Wahai Usamah, apakah kau membunuhnya sesudah dia mngucapkan: La ilaha Illalloh?” Aku menjawab: “Wahai Rosululloh bahwasanya dia hanya berlindung diri dengan kalimat syahadat itu!”, Beliau bersabda lagi: “Apakah kau membunuhnya sesudah ia mengucapkan Laa ilaahailla Alloh?” dan begitu terus menerus mengulangi pertanyaan itu, hingga saya menghayal bahwa saya gres masuk Islam saat itu.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)
2. Diriwayatkan dari Anas , ia berkata:
Rosululloh menyerang musuhnya diwaktu fajar, terlebih dahulu mencoba mendengarkan adzan. Jika Beliau mendengarkan adzan dikuman-dangkan didalamnya maka dia menahan serangannya, tetapi jikalau tidak, dia teruskan serangannya. Ketika dia menyerang, tiba-tiba Beliau mendengar seorang pria berseru: Alloh Akbar, Allohu Akbar ! Seketika itu Rosululloh bersabda: Dia berada di atas fitrah (Islam), kemudian pria itu berucap lagi: “Asyhadu An La Ilaha Illa Alloh, Asyhadu An La Illaha Illalloh, kemudian dia bersabda: “Kamu telah keluar dari api neraka.” (HR. Muslim)
BACA SELANJUTNYA : KEMURAHAN HATI RASULULLAH
Komentar
Posting Komentar